www.gurukitaa.my.id - Di zaman modern, praktik penipuan semakin merajalela. Dari bentuk kecil seperti manipulasi harga, pemalsuan data, hingga skema besar seperti korupsi, investasi bodong, atau jual beli palsu di dunia digital. Masyarakat banyak yang tertipu, dan ironisnya, sebagian pelakunya adalah orang yang mengerti agama namun mengabaikan nilai kejujuran.
Padahal, Islam sangat mengecam segala bentuk penipuan (ghisy). Dalam pandangan syariat, penipuan adalah dosa besar yang bukan hanya berdampak buruk bagi orang lain, tetapi juga menjadi penyebab kehancuran diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.
Penipuan dalam Pandangan Al-Qur’an
Allah Ta’ala berfirman:
وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ. الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ. وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ
"Celakalah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi." (QS. Al-Muthaffifin: 1–3)
Ayat ini dengan sangat tegas menyebut bahwa pelaku penipuan—dalam konteks dagang dan timbangan—mendapat ancaman kecelakaan (wail). Sebagian ulama tafsir seperti Ibnu Katsir menyatakan bahwa “wail” bisa bermakna lembah di neraka atau doa kebinasaan.
Penipuan Menurut Hadis Nabi ﷺ
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا، وَالْمَكْرُ وَالْخِدَاعُ فِي النَّارِ.
“Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka” (HR. Ibnu Hibban 2: 326. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1058).
Hadits ini menunjukkan bahwa penipu dikeluarkan dari golongan umat Nabi Muhammad ﷺ, bukan secara fisik, tetapi secara akhlak dan moralitas. Artinya, pelaku penipuan tidak mencerminkan ajaran Islam, dan telah menyimpang dari jalan kebenaran.
Pandangan Ulama tentang Penipuan
Para ulama telah lama memperingatkan bahaya dari perbuatan menipu:
🔹 Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyebutkan bahwa penipuan termasuk perbuatan zalim yang merusak tatanan kepercayaan dalam masyarakat. Menurut beliau, penipu telah memakan harta yang haram, dan tidak ada keberkahan dalam hartanya, walaupun terlihat banyak.
🔹 Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin berkata,
“Penipuan adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah, dan Islam sangat menekankan agar umatnya jujur, amanah, dan adil. Penipu sebenarnya telah menggali jurang kehancurannya sendiri.”
Dampak Penipuan di Dunia
🔹Hilangnya kepercayaan
- Sekali seseorang terbukti menipu, kepercayaan orang lain akan hilang. Reputasinya rusak, dan ia akan dijauhi dalam pergaulan sosial maupun bisnis.
🔹Dihantui rasa takut dan gelisah
- Harta yang diperoleh dari penipuan tidak akan pernah membawa ketenangan. Penipu selalu was-was akan terbongkarnya perbuatannya.
🔹Ditimpa balasan di dunia
- Dalam banyak kasus, Allah membalas pelaku penipuan bahkan sebelum ia meninggal, dengan kehinaan, kemiskinan mendadak, atau pengkhianatan dari orang terdekat.
Dampak Penipuan di Akhirat
🔹Terancam masuk neraka
Nabi ﷺ bersabda:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Sungguh akan datang satu zaman di tengah manusia, seseorang tidak lagi peduli dengan harta yang dia ambil, apakah dari harta halal ataukah dari harta haram.” (HR. Ahmad 9870 & Bukhari 2083)
Harta dari penipuan adalah haram, dan akan menjadi bahan bakar dalam neraka jika tidak disucikan dengan tobat dan mengembalikannya.
🔹Tidak diterima ibadahnya
Sebagian ulama mengatakan bahwa ibadah orang yang makan dari harta haram, termasuk hasil penipuan, tidak diterima selama ia tidak bertaubat.
🔹Dihisab dan diminta pertanggungjawaban
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الأَسْلَمِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:«لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ».[صحيح] - [رواه الترمذي] - [سنن الترمذي: 2417]
Abu Barzah Al-Aslami -raḍiyallāhu 'anhu- meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
"Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat kelak hingga ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan? Tentang ilmunya, untuk apa ia manfaatkan? Tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan? Dan tentang tubuhnya, untuk apa ia pergunakan?." [Sahih] - [HR. Tirmizi] - [Sunan Tirmizi - 2417]
Islam mengajarkan bahwa kejujuran adalah jalan keselamatan, dan penipuan adalah jalan kehancuran.
🔸 Jika seseorang pernah menipu, maka bertaubatlah segera, kembalikan hak orang yang ditipu, dan perbanyak amal kebaikan.
🔸 Jika seseorang sedang tergoda untuk menipu, ingatlah bahwa kesuksesan sejati tidak pernah datang dari kebohongan.
اِنَّ الَّذِيۡنَ يَاۡكُلُوۡنَ اَمۡوَالَ الۡيَتٰمٰى ظُلۡمًا اِنَّمَا يَاۡكُلُوۡنَ فِىۡ بُطُوۡنِهِمۡ نَارًا ؕ وَسَيَـصۡلَوۡنَ سَعِيۡرًا
“Sesungguhnya orang-orang yang makan harta orang lain secara batil (tanpa hak) hanyalah menelan api ke dalam perutnya, dan mereka akan masuk ke dalam neraka yang menyala-nyala.”(QS. An-Nisa: 10)
Doa Agar Terhindar dari Sifat Menipu:
اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا رِزْقًا حَلَالًا، وَجَنِّبْنَا الْحَرَامَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الصَّادِقِينَ الْأُمَنَاءِ فِي كُلِّ أُمُورِنَا
Allāhumma urzuqnā rizqan ḥalālan, wa jannibnā al-ḥarām, waj‘alnā minaṣ-ṣādiqīn al-umarā’i fī kulli umūrinā.
“Ya Allah, berikanlah kami rezeki yang halal dan jauhkan kami dari harta yang haram, serta jadikan kami termasuk golongan orang-orang yang jujur dan amanah dalam setiap urusan.”
اَللّٰهُمَّ اكْفِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Allâhumma-kfinî biḫalâlika ‘an ḫarâmika wa aghninî bi fadl-lika ‘am man siwâka
Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal sehingga terhindar dari yang haram. Cukupkanlah aku dengan anugerah-Mu sehingga terhindar dari (bergantung pada) selain-Mu.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِزْقًا حَلَالًا وَاسِعًا طَيِّبًا مِنْ غَيْرِ تَعَبٍ وَلَا مَشَقَّةٍ وَلَا ضَرَرٍ وَلَا نَصَبٍ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Allâhumma innî as-aluka an tarzuqanî rizqan ḫalâlan wâsi‘an thayyiban min ghairi ta’abin wa lâ masyaqqatin wa lâ dlairin wa lâ nashabin innaka ‘alâ kulli syai-in qadîr(un)
Ya Allah, aku mohon kepada-Mu limpahan rezeki yang halal, luas, dan baik, yang didapat tanpa letih, memberatkan, membahayakan, dan banting tulang. Sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.
0 Komentar