Musibah di Selat Bali: Menggugah Iman dan Menyadarkan Hati

www.gurukitaa.my.id - Pada hari Kamis, 3 Juli 2025, masyarakat Indonesia kembali dikejutkan oleh musibah tenggelamnya kapal KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali. Kapal tersebut membawa penumpang dan kendaraan, namun mengalami insiden tragis yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka.

Di balik musibah ini, umat Islam diajak untuk merenung dan mengambil pelajaran penting. Musibah bukan hanya duka, melainkan juga peringatan dan ujian dari Allah SWT agar manusia kembali mengingat hakikat hidup, kematian, dan ketergantungan kita kepada-Nya.

1. Musibah sebagai Ujian dan Peringatan

Allah SWT telah menjelaskan bahwa musibah merupakan bagian dari sunnatullah (ketetapan Allah) dalam kehidupan. Musibah bukan semata-mata bentuk murka, tetapi bisa jadi sebagai ujian keimanan atau peringatan agar manusia kembali kepada-Nya.

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; dan kepada Kami-lah kalian akan dikembalikan." (QS. Al-Anbiya: 35)

Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa cobaan berupa musibah adalah bagian dari kehidupan yang akan menguji kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan iman manusia.

2. Hikmah di Balik Musibah

Bagi orang yang beriman, musibah selalu mengandung hikmah. Di antaranya:

  1. Menghapus dosa
  2. Meningkatkan kedekatan kepada Allah
  3. Menumbuhkan empati dan solidaritas

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنهما عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ:

«مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ». [صحيح] - [متفق عليه] - [صحيح البخاري: 5641]

Abu Sa'īd Al-Khudriy dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhumā- meriwayatkan, Nabi ﷺ bersabda,

"Tidaklah seorang muslim ditimpa kepayahan, penyakit, kegelisahan, kesedihan, gangguan, dan kesusahan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan sebab itu."  [Sahih] - [Muttafaq 'alaihi] - [Sahih Bukhari - 5641]

Musibah seperti tenggelamnya kapal ini dapat menjadi penggugur dosa bagi para korban yang sabar, juga peringatan bagi kita yang masih hidup agar memperbaiki diri.

3. Kematian Bisa Datang Kapan Saja

Musibah mengingatkan kita bahwa ajal tidak mengenal tempat, waktu, maupun kondisi. Kematian bisa datang dalam perjalanan, di rumah, di darat, maupun di laut.

اَيْنَ  مَا  تَكُوْنُوْا  يُدْرِكْكُّمُ  الْمَوْتُ  وَلَوْ  كُنْتُمْ  فِيْ  بُرُوْجٍ  مُّشَيَّدَةٍ   ۗ وَاِ نْ  تُصِبْهُمْ  حَسَنَةٌ  يَّقُوْلُوْا  هٰذِهٖ  مِنْ  عِنْدِ  اللّٰهِ  ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ  سَيِّئَةٌ  يَّقُوْلُوْا  هٰذِهٖ  مِنْ  عِنْدِكَ   ۗ قُلْ  كُلٌّ  مِّنْ  عِنْدِ  اللّٰهِ   ۗ فَمَا لِ  ھٰٓؤُلَآ ءِ  الْقَوْمِ  لَا  يَكَا دُوْنَ  يَفْقَهُوْنَ  حَدِيْثًا

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh."

 (QS. An-Nisa: 78)

Musibah KMP Tunu Pratama Jaya menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang bisa luput dari ketetapan Allah. Kita harus selalu siap dengan amal shalih dan taubat.

4. Tugas Kita: Mendoakan, Menolong, dan Muhasabah

Sebagai umat Islam, ketika mendengar kabar musibah, kita dianjurkan untuk:

  1. Mendoakan korban: agar yang wafat husnul khatimah dan yang selamat diberi kesabaran.
  2. Memberi bantuan: baik secara materiil maupun moral kepada korban dan keluarga mereka.
  3. Muhasabah diri: introspeksi atas amal dan kesadaran kita kepada Allah.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji‘uun' (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali)." (QS. Al-Baqarah: 156)

Beriman dalam Segala Keadaan

Musibah tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya adalah duka mendalam bagi bangsa ini, namun juga menjadi peringatan untuk kita agar tidak lalai. Dalam Islam, kita diajarkan untuk selalu berserah diri kepada Allah, tetapi juga berikhtiar maksimal dalam menjaga keselamatan, baik di darat maupun di laut.

Semoga para korban yang wafat diterima sebagai syuhada di sisi Allah, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قالَ: قالَ رَسُولُ اللَّه -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم-: «الشهداء خمسة: المطعون والمبطون، والغريق، وصاحب الهَدْمِ، والشهيد في سبيل الله». وفي رواية «ما تَعُدُّونَ الشهداء فيكم؟» قالوا: يا رسول الله، من قتل في سبيل الله فهو شهيد. قال: «إن شهداء أمتي إذا لقليل» قالوا: فمن هم يا رسول الله؟ قال: «من قتل في سبيل الله فهو شهيد، ومن مات في سبيل الله فهو شهيد، ومن مات في الطاعون فهو شهيد، ومن مات في البطن فهو شهيد، والغريق شهيد».  [صحيح] - [متفق عليه]

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Syuhada ada lima golongan: orang yang kena wabah (ṭa'ūn), orang yang sakit perut, orang yang tenggelam, orang yang tertimpa reruntuhan, dan orang yang syahid di jalan Allah." Dalam sebuah riwayat (disebutkan): "Siapa para syuhada menurut kalian?" Para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, syahid adalah orang yang terbunuh di jalan Allah." Beliau bersabda, "Kalau begitu, sungguh sedikit para syuhada umatku." Para sahabat berkata, "Kalau begitu, wahai Rasulullah, siapakah para syuhada itu?" Beliau menjawab, "Orang yang terbunuh di jalan Allah adalah syahid, orang yang meninggal di jalan Allah adalah syahid, orang yang mati kena wabah adalah syahid, orang yang mati karena sakit perut adalah syahid, dan orang yang tenggelam adalah syahid."  [Hadis sahih] - [Muttafaq 'alaih]

Mari kita ambil pelajaran dari musibah ini untuk memperkuat iman, meningkatkan amal, dan memperbanyak doa serta kepedulian sosial.

Posting Komentar

0 Komentar